Ubaidillah. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

MELATIH OTAK BRRFIKIR EFEKTIF DAN KREATIF

Syahdan, sebuah leleng tengkorak manusia. Disitu dilelang tengkorak manusia dari berbagai belahan Negara di dunia. Salah satunya adalah tengkorak manusia asli orng Indonesia. Dari sekian banyak tengkorakk manusia, ternyata tengkorak orang indonisialah yang memiliki daya tarik dan harga jual tertinggi jika dibandingkan dengan dengan Negara lain, seperti amerika, Israil, Jepang, dan Negara maju lainnya. Selidik punya selidik, ternyata maha;nya tengkorak manusia Indonesia karena masih orisinil. Tengkorak kepala (otaknya) orang Indonesia masih jarang dipakai, jarang diberdayakan. Berbeda jauh dengan kepala (otak) dari warga Negara lain yang sudah aus karena banyak digunakan  selama hidupnya. Jadi tengkorak kita memiliki nilai jual yang sangat fantastik karena masih orisinil.
            Anekdot di atas memberi kita pelajran berharga bahwa sesungguhnya Allah SWT memberi kita anugrah terbesar berupa otak yang ditaruh di kepala kita tidak untuk dibuat pajangan saja, melainkan kita gunakan semaksimal munagkin. Dieksplorasi secara maksimal untuk menghasilkan karya bermakna bagi kehidupan.
            Toni Buzan da;am bukunya use your head mengibaratkan otak kita laksana raksasa tidur. Raksasa adalah sosok makhluk yang sangat kuat dan digdaya. Kedigdayaannya tregambar secara apik dari bagaimana mereka (raksasa) memiliki tubuh yang besar dan kuat. Besarny ukuran tubuh dan kekuatan yang dilahirkannya menyebabkan ia mampu melakuakn yang dinilai mustahil oleh manusia. Membendung sungai, mencabut pohon besar, merobohkan gedung adalah sebagian kecil ganbaran kakuatan dan kemampuan raksasa itu.
            Ternyata kedigdayaan raksasa hanya mampu ditandingi oleh kehebatan otak kita. Otak kita yang besarnya sekepalan tangan mampu melakukan tugas-tugas berat melampui kekuatan sang raksasa tadi. Dan salah satu kedigdayaan otak adalah mampu berfikir efektif dan kreatif. Dari kreativitasalah kemudian muncul pesawat terbang, mobil, computer, TV, HP dan masih banyak buatan manusia yang tidak mungkin bias dilakuakan oleh raksasa tadi. Betapa besar manfaat berfikir efektif dan kretif dalam kehidupan kita ini. Syang sekali jika otak kita yang luar biasa itu dibiarkan trelalap dalam tidurnya.
            Serin kali potensi kreativitas pupus begitu saja oleh “mal praktek” pembelajaran diruang-ruang kelas. Tanpa disadari banyak praktek pembelajaran yang justru yang melemahkan kreativitas anak. Kita ambil contoh yabg sangat sederhana dalam hal penilaian. Penulis pernah soal yang berbunyi “jendela terbuat dari….?”. di soal tersebut disediakan 4 jawabannya. Salah satu jawban itu adalah kayu. Kebetulan seorang peserta didik menjawab jawaban lainya (besi). Alhasil, jawban tersebut disalahkan karena bagi guru jawaban yanh benar adalah kayu. Padahal saat ini, jendela bias terbuat dari ap saja, tidsk hanya kayu, jendela juga besi, logam, beton, bahkan sampah. Dalam konteks ini soal tadi telah memungkinkan murid berfikir terlalu konvergen. Karenanya kemudian Disraeli, mantan perdana mentri inggris berujar “he had only one idea, and that was wrong”.
            Gaya pengembangan pola pikir yang konvergen juga mendorong anak tidak memiliki kelenturan dalam berfikir. Gaya berfikirnya terlalu motoris, rigid dan seragam. Kreativitas berfikir menjadi suatu keniscayaan mengingat telah terjadi penyeragaman jawaban atas fenomena yang dihadirkan. Anak dihadapkan pada pilihan-[ilihan yang tetap, pada alternative-alternatif yang baku.
            Kondisi di atas juga melamahkan oleh aktivitas di ruang-ruang kelas yang terlalu menoton. Anak “dipaksa” duduk rapi berjajar selama berjam-jam mendengarkan guru mencurhkan ilmu di kepala mereka. Kondisi ini dapat divisualisasikan laksana seseorang menuangkan air kedalam gelas kosong hingga airnya melabur dan mubazir. Proses pembelajaran ini telah memungkian anak serasa berada dalam dunia lain. Apa yang dihadapi di dalam kelas berbanding terbalik dengan kenyataan yang dialaminya. Kegembiraan, warna-warni kehidupan tidak lagi ia temukan di ruang-ruang kelas. Yang ada hanyalah buku catatan, papan tulis monocrom dan sederet perinteh dan larangan yang harus ditaati sebagai murid. Pekerjaan rutin yang mereka hadapi tiap hari menjadi musuh otak yang paling berbahaya. Kondisi ini akan hanya melahirkan strees.
            Monotonisasi ini menyebabkan peserta didik tertekan secara psikis. Tekanan psikis ini kemudian berpengaruh terhadap aktivitas belajarnya. Mereka cenderung menjadi kurang percaya diri, takut salah dan takut dibuat cemoohan sesame murid karena ketidak mampuannya. Karenanya dibutuhkan kreativitas untuk merangsang otk bekerja secara maksimal.
            Kreatif memiliki beberapa kata kunci (key words) yang memudahkan kita dalam mengembangkannya. Kreatif yang megacu pada bagaimana kita memandang persoalan dari sudut pandang yang berbeda dari biasnaya (out the box). Disamping itu, kreatifitas juga akan mendorong seseorng untuk menerima gagasan baru yang tidak umum sekalipun. Bahkan kita sering “melanggar aturan” dan yang terpenting adalah bahwa kretivitas itu adalah proses konstruksi ide orisinal dan bermanfaat.
            Melanggar aturan adalah salah satu metode yamg banyak digunakan untuk mengembangkan kreativitas itu. Slah satunya adalah Albert Einstein, ia dibesarkan dengan perasaan tidak senang kepada aturan-aturan yang tidak masuk akal. Salah satunya adalah khayalan Einstein tentang fenomena fisik sambil menunggangi seberkas cahaya. Pelanggaran aturan ini telah memungkinkan dia mengidentifikasi dan melanggar aturan kunci yang telah menghalangi ahki fisika untuk menemukan teori relativitas. Akhirnya “pelanggarannya” menghasilkan teori relativitas itu.
            Melanggar aturan adalah salah satu jalan yang digunakan untuk memicu munculnya kreativitas. Sebagai pendidik kita memiliki kesempatan yang sangat luas untuk membangun kreativitas anak didik kita. Salah satu cara melakukannya adalah : pertama, Be A Role Model. Jadikan diri kita sebagai model dan biarkan anak didik kita melihat dan melakukannya. Bagaimana kita menghadirkan sebuah pelajaran dan bagaimana pula kita mengemasnya adlah bagian dari model itu. Mari kita berikan ruang yang cukup luas bagi anak didik untuk mengeksplorasi keilmuan yang mereka dapatkan. Jika kita tidak mengasah kreatifitasnya, maka mita berarti hanya akan menginginkan karakter mereka terbentuk tanpa kreativitas.
            Kedua, Build Self Efficacy, pada tahap ini kita beri anak didik kita ruang untuk menumbuhkan rasa percay dirinya dengan mencoba hal-hal yang baru. Rasa percaya akan kemampuan mereka kita jadikan sebagai pondasi yang kokoh bagi konstruksi pengetahuan mereka. Ajarkan kepada setiap anak didik untuk berani melakukan dan berani mempertanggung jawabkan sesuatu yang ia lakukan. Kesempatan ini akan menjadi modal berharga dalam membangun ras percaya dirinya. Apresiasi dan selebrasi atas kemampuannya mnjadi unsure penting dalam kegiatan selanjutnya.
            Ketiga, Question Assumptions. Kita harus belajar mengidentifikasi semua potensi yang mereka miliki. Potensi itu harus kita katalisasi agar bias maksimal. Dan jika dimukan kelamahan, maka beradalah dibelakangnya untuk terus mendorong dam memotivasi agar meraka terus mencoba dan melakukan hal-hal yang baru.
            Jika penyampaian kreatuvitas itu sudah kta lakukan, maka langkah selanjutnya dalah bagaiman mengembangkannya hiangga optimal. Pengambanga kreativitas bias dilakukan dengan berbagai cara. Yang terpenting adalah adanya kesempatan bagi kreativitas untuk menjadi lebih “gila”. Kita harus menanamkan semangat kepada anak didik kita untuk selalu menjadi penjelajah pikiran dengan terus bersikap terbuka atas ide-ide baru. Dan yang terpenting adalah bagaimana kita mampu mengembangkan gagasan-gagasan baru sebanyak mungkin. Karena untuk menghasilkan ide yang baik, membutuhkan lahirnya banyak ide-ide baru (the best way to get good ideas is to get a lot of ideas).
 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar